Cerita pendek **Judul: "Lukisan untuk Ibu"**

karangan bebas "Membangun Kemanusiaan"

 

Membangun Kemanusiaan

Sejak pertama kali diciptakan, yang paling sering dilupakan oleh manusia adalah dirinya sendiri, yaitu manusia secara universal. Perkembangan ekonomi dan politik menambah kelupaan-kelupaan manusia tersebut, hingga masalah asosial bahkan immoral menjadi semakin membengkak. Pelaku ekonomi selalu berpikir tentang kekayaan yang melimpah, mengabsolutkan keuntungan di atas segala-galanya sehingga menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya, termasuk mengeksploitasi sesamanya. Dan juga tidak bisa dinafikan bahwa politik yang marak digunakan demi mendapatkan kekuasaan telah membuat para politisi buta akan nilai-nilai kemanusiaan.

            Dalam kondisi semacam ini, martabat kemanusiaan berada pada urutan yang paling rendah, setelah terpenuhinya hasrat dan keinginan. Demi memuaskan hasratnya itu manusia saling menindas sesamanya dengan tanpa sadar, bahkan yang ditindaspun tidak menyadarinya lantaran telah dibentuk sedemikian oleh para penindas; dipadamkan kesadarannya, dipisahkan dari dirinya. Ini sungguh kekacauan yang telah purna. Merosotnya –jika tidak ingin mengatakan hilangnya martabat kemanusiaan telah sampai kepada titik nadir yang tidak selayaknya. Lalu usaha apa yang bisa dilakukan oleh manusia untuk menyelesaikan masalah besarnya ini?

            Tahap yang paling awal untuk mengintip solusinya adalah kesadaran, manusia mesti sadar bahwa dirinya sadar. Tahap ini akan mengantarkan kepada pengembangan fitrah kemanusiaan, yakni usaha memahami dirinya sendiri. Usaha memahami diri sama dengan sebuah pemaknaan diri atau pemaknaan hidupnya di dunia. Usaha-usaha semacam ini harus dilakukan terus-menerus, sebab dunia ini hanya akan diisi oleh dua kemungkinan; jika martabat kemanusiaan memenuhinya, maka niscaya penindasan akan sirna, begitu pula sebaliknya.

            Sebagai pribadi, manusia memiliki kemampuan untuk menentukan diri dan memberi makna kehidupannya dengan mempertimbangkan segala tindakannya. Manusia adalah makhluk yang transendental, otonom, bebas, dan relasional. Dikatakan transendental karena manusia mampu mengatasi diri sekaligus mengambil bagian dalam sifat keilahian. Dengan keotonoman dan kebebasannya ia mampu memilih yang baik dan buruk serta mengambil keputusan terhadap tindakannya. Dan yang tak bisa dilepaskan oleh manusia adalah menjalin hubungan dengan sesamanya setiap waktu. Kualitasnya sebagai pribadi ini dapat terlihat dalam kehidupannya sehari-hari.

            Badan dan jiwa manusia adalah satu kesatuan yang membentuk pribadi manusia. Dengan badannya manusia disebut sebagai manusia yang hidup karena kenyataannya ia dihidupkan oleh jiwa. Begitu pula jiwa, ia hanya bisa berfungsi dengan jika berada dalam badan manusia. Aktivitas badan manusia merupakan dinamika dari jiwa, bukan sebuah proses mekanistik. Jiwa menjadikan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang mampu bereksistensi melalui badan. Badan menghubungkan diri seseorang dengan orang lain, menghubungkan manusia dengan dunia, dan memungkinkan manusia berpartisipasi dalam dunia orang lain. Karena manusia dibentuk dengan dua usur tersebut, maka menghargai martabat kemanusiaan adalah berkaitan dengannya.

            Manusia yang bebas adalah ia yang mampu mengambil jarak dengan dunia dan dirinya, karena manusia mewujudkan diri bersama orang lain, ia mengenal dirinya lantaran melihat realitas orang lain. Dengan demikian, realitas orang lain adalah batasan terhadap kebebasan manusia sebagai pribadi. Batasan ini yang kemudian disebut sebagai tanggung jawab, semakin tinggi tanggung jawab manusia terhadap tindakannya, semakin bermutu hidup yang dijalaninya. Kebebasan dan tanggung jawab adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan, usaha memisahkannya adalah tindakan tidak manusiawi. Kebebasan tanpa tanggung jawab akan meretakkan fitrah sosialitas manusia. Begitupun tanggung jawab harus tidak diperlukan jika tanpa didahului kebebasan.

 

 

 

Komentar