pada tanggal
blog
Cerita pendek
essai
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Membangun Kemanusiaan
Sejak pertama kali diciptakan, yang paling
sering dilupakan oleh manusia adalah dirinya sendiri, yaitu manusia secara
universal. Perkembangan ekonomi dan politik menambah kelupaan-kelupaan manusia
tersebut, hingga masalah asosial bahkan immoral menjadi
semakin membengkak. Pelaku ekonomi selalu berpikir tentang kekayaan yang
melimpah, mengabsolutkan keuntungan di atas segala-galanya sehingga
menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya, termasuk mengeksploitasi
sesamanya. Dan juga tidak bisa dinafikan bahwa politik yang marak digunakan
demi mendapatkan kekuasaan telah membuat para politisi buta akan nilai-nilai
kemanusiaan.
Dalam kondisi semacam ini, martabat kemanusiaan berada pada urutan yang paling
rendah, setelah terpenuhinya hasrat dan keinginan. Demi memuaskan hasratnya itu
manusia saling menindas sesamanya dengan tanpa sadar, bahkan yang ditindaspun
tidak menyadarinya lantaran telah dibentuk sedemikian oleh para penindas;
dipadamkan kesadarannya, dipisahkan dari dirinya. Ini sungguh kekacauan yang
telah purna. Merosotnya –jika tidak ingin mengatakan hilangnya martabat
kemanusiaan telah sampai kepada titik nadir yang tidak selayaknya. Lalu usaha
apa yang bisa dilakukan oleh manusia untuk menyelesaikan masalah besarnya ini?
Tahap yang paling awal untuk mengintip solusinya adalah kesadaran, manusia
mesti sadar bahwa dirinya sadar. Tahap ini akan mengantarkan kepada
pengembangan fitrah kemanusiaan, yakni usaha memahami dirinya sendiri. Usaha
memahami diri sama dengan sebuah pemaknaan diri atau pemaknaan hidupnya di
dunia. Usaha-usaha semacam ini harus dilakukan terus-menerus, sebab dunia ini
hanya akan diisi oleh dua kemungkinan; jika martabat kemanusiaan memenuhinya,
maka niscaya penindasan akan sirna, begitu pula sebaliknya.
Sebagai pribadi, manusia memiliki kemampuan untuk menentukan diri dan memberi
makna kehidupannya dengan mempertimbangkan segala tindakannya. Manusia adalah
makhluk yang transendental, otonom, bebas, dan relasional. Dikatakan
transendental karena manusia mampu mengatasi diri sekaligus mengambil bagian
dalam sifat keilahian. Dengan keotonoman dan kebebasannya ia mampu memilih yang
baik dan buruk serta mengambil keputusan terhadap tindakannya. Dan yang tak
bisa dilepaskan oleh manusia adalah menjalin hubungan dengan sesamanya setiap
waktu. Kualitasnya sebagai pribadi ini dapat terlihat dalam kehidupannya
sehari-hari.
Badan dan jiwa manusia adalah satu kesatuan yang membentuk pribadi manusia.
Dengan badannya manusia disebut sebagai manusia yang hidup karena kenyataannya
ia dihidupkan oleh jiwa. Begitu pula jiwa, ia hanya bisa berfungsi dengan jika
berada dalam badan manusia. Aktivitas badan manusia merupakan dinamika dari
jiwa, bukan sebuah proses mekanistik. Jiwa menjadikan manusia sebagai
satu-satunya makhluk yang mampu bereksistensi melalui badan. Badan
menghubungkan diri seseorang dengan orang lain, menghubungkan manusia dengan
dunia, dan memungkinkan manusia berpartisipasi dalam dunia orang lain. Karena
manusia dibentuk dengan dua usur tersebut, maka menghargai martabat kemanusiaan
adalah berkaitan dengannya.
Manusia yang bebas adalah ia yang mampu mengambil jarak dengan dunia dan
dirinya, karena manusia mewujudkan diri bersama orang lain, ia mengenal dirinya
lantaran melihat realitas orang lain. Dengan demikian, realitas orang lain
adalah batasan terhadap kebebasan manusia sebagai pribadi. Batasan ini yang
kemudian disebut sebagai tanggung jawab, semakin tinggi tanggung jawab manusia
terhadap tindakannya, semakin bermutu hidup yang dijalaninya. Kebebasan dan
tanggung jawab adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan, usaha memisahkannya
adalah tindakan tidak manusiawi. Kebebasan tanpa tanggung jawab akan meretakkan
fitrah sosialitas manusia. Begitupun tanggung jawab harus tidak diperlukan jika
tanpa didahului kebebasan.
Komentar
Posting Komentar