**Judul: "Lukisan untuk Ibu"**
Di sebuah desa kecil yang sunyi, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Raka. Ia tinggal bersama ibunya yang telah lama sakit-sakitan. Meski hidup mereka sederhana, Raka tumbuh menjadi anak yang penuh kasih dan memiliki bakat melukis yang luar biasa.
Setiap sore setelah pulang dari ladang, Raka akan duduk di samping ranjang ibunya dan menggambar. Ia percaya, warna-warna cerah dalam lukisannya bisa membuat ibunya merasa lebih baik.
“Ibu ingin lihat laut. Lukis laut untuk Ibu, ya?” pinta ibunya suatu hari dengan suara pelan.
Raka mengangguk dan mulai melukis pantai dengan langit jingga, ombak lembut, dan burung camar yang terbang bebas. Ia menamainya *“Pantai Harapan”*.
Namun suatu pagi, Raka terbangun dan mendapati ibunya telah pergi untuk selamanya. Ia memeluk lukisan itu, air matanya jatuh membasahi kanvas.
Tahun demi tahun berlalu. Raka tumbuh dewasa dan menjadi pelukis terkenal. Namun satu lukisan yang tak pernah ia jual adalah *“Pantai Harapan”*. Ia menyimpannya di ruang kerja, tepat di atas meja tempat ia pertama kali melukis untuk ibunya.
Suatu malam, saat ia hampir tertidur di studio, ia bermimpi berjalan di sebuah pantai—pantai yang sama seperti dalam lukisannya. Di ujung pasir, seorang wanita berdiri, tersenyum padanya.
“Ibu?” bisiknya.
Wanita itu hanya mengangguk pelan. Lalu angin bertiup lembut, membawa suara yang sangat ia rindukan.
“Terima kasih sudah membawa Ibu ke laut.”
---
Ashlih_Kun
Komentar
Posting Komentar