pada tanggal
blog
Cerita pendek
essai
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
PENGALAMAN SAAT SD
Zaman
dulu, ketika SD, pelajaran yang paling saya suka yaitu Bahasa Indonesia. Entah
kenapa. Semangat rasanya saat guru Bahasa saya yang berbadan "subur"
itu datang dan mengajar di kelas. Saya akan lebih semangat lagi mengikuti
pelajaran ini ketika saya tahu akan diadakan tugas mengarang bebas. Ya,
mengarang. Menulis. Menceritakan.
Biasanya
tugas semacam ini menjadi "wajib" hukumnya ketika kita kembali ke
sekolah sehabis masa liburan selesai (meskipun hari-hari di luar libur pun
kadang tetap ada). Tugasnya yaitu menyuruh murid-murid untuk menceritakan
pengalaman atau apa saja yang kita alamai sepanjang masa liburan. Bagi sebagian
teman, tugas ini membosankan. Mengulang lagi ingatan untuk menceritakan semua
kejadian, kadang menjadi suatu hal yang malas untuk dikerjakan.Tetapi beda
dengan saya, dulu. Saya sih sanggup mengisi penuh dua lembaran kertas!
Ada perasaan yang lepas ketika saya menulis. Ada
pemikiran yang menerawang. Khayalan. Ada memori yang terkorek, atau dipaksa
dikorek, yang menghasilkan senyuman atau bahkan kesedihan. Ingatan. Menulis itu
salah satu cara untuk melawan lupa. Untuk mengingat dan menyimpan. Membakukan
memori ke dalam sebuah catatan. Juga khayalan. Ya, khayalan. Imajinasi. Ketika
menulis, imajinasi saya berkelana kemana saja, saling tindih-menindih berebut
minta dikeluarkan dan segera dituliskan. Bisa jadi karena adanya tugas karangan
bebas itu-lah yang membuat saya menyukai pelajaran Bahasa Indonesia.Rupanya
kegemaran "mengarang bebas" berlanjut sampai sekarang, ketika saya
mulai menyukai memasak. Dulu saya mengarang cerita dalam bentuk tulisan, tetapi
kini saya mengarang resep yang berakhir menjadi sebuah santapan, hehehe. Ya,
beda-beda tipis-lah. Kerangka pemikirannya kurang-lebih sama, hanya beda
medianya saja. Mengarang tulisan dan menggarap resep sama-sama membutuhkan
imajinasi. Hanya saja dalam masakan mungkin lebih dikedepankan masalah
"keberanian" dan ke-sok-tahuan, hahaha.
Mengarang
bebas ini saya lakukan tadi pagi. Ketika persediaan bahan makanan makin
menipis, cenderung habis. Di kulkas hanya ada sisa, sisa, dan sisa.Saya memutar
otak. Saya iris-iris bawang bombay, bawang merah, bawang daun. , saya masih
punya roti gandum favorit. Saya kepikiran untuk memperlakukan roti tersebut
seperti baguette. Saya olesi dengan mustard, taburi merica hitam. Saya
menginginkan rotinya menjadi gurih dan kering. Hmmm, tadinya irisan-irisan
bawang itu untuk memasak telur, tetapi reflek saya menyimpannya di atas roti.
Lalu kepikiran juga untuk menyimpan keju chedar supaya semakin gurih si roti
itu.
Sambil mengerjakan roti, khayalan saya pun semakin
rangkai-merangkai. Sepertinya lucu kalau ditemani daging-dagingan. Tetapi harus
"ringan" dan tidak terlalu mempunyai rasa yang menonjol.Saya berpikiran untuk memperlakukan daging
ayam-nya seperti itu. Dengan bumbu yang berbeda, tentunya. Lalu saya
campurkan sekenanya bumbu apa saja yang dipunya,Oh ya, saya masukan olahan roti yang tadi ke dalam
pemanggangan.
Si
daging ayam pun dimasak. Sautéing. Brusss!
Hmmm, harum. Basilnya tercium sekali. Saya suka. Bwekekek, ada yang tertinggal!
Hahaha, lupa memasukan bawang merah, hahaha. Ini tidak terjadi sekali-dua kali,
saya sering sekali melupakan bawang merah! Hahaha. Beginilah kalau tukang masak
amatiran, selalu lupa dan tercampur si pemikiran, yang mana Eropa, yang mana
Asia, Ya sudah, saya masukan saja si bawang merah yang tertinggal. Warnanya
menawan. Coklat-coklat langsat. Bukan, bukan si mba di iklan Citra itu, tapi si
daging-daging yang sedang saya masak yang berubah kulitnya menjadi coklat
langsat. Saya kepikiran untuk membiarkannya lebih lama.
Panggangan
roti sudah ngebul, tandanya roti telah cukup kering. Kebenaran, si daging ayam
telah cukup untuk dimasak. Ya sudah selesai.Oiya, ada yang lupa lagi. Telor! Maka
saya pun mengolah telur. Tiga, dong, tentunya, seperti biasa. Si telur ini
rencananya mau dibuat omelet, tetapi gagal! Hahaha, entahlah, karena sifatnya
pun dadakan jadinya ngaco sekali ini adonan. "Kesalahannya" saya
memakai butter yang ber-garam—jadinya menghasilkan minyak yang gosong—baru
sekali memakai keju langsung di adonan telornya, dan memasukan whipping
cream kebanyakan. Hahaha, kacau mampus.
Benar
selesai sudah, memasaknya, tadi pagi.Hasilnya? Si roti panggang ini rasanya
wuenakkk! Horeee!!! Sesuai seperti yang saya harapkan. Kering, asin, dan gurih
(meskipun saya tidak pakai garam di roti ini). Dan meskipun saya kebanyakan
mengoleskan mustard, tetapi setelah dipanggang jadinya tidak kuat si rasa yang
muncul. Krenyes! Kres!Sedangkan untuk juara utama tadi pagi, tidak lain tidak
bukan yaitu si daging ayam! Gila!!! Enak parah! Pilihan yang tepat untuk
mengolahnya dengan ditumis sedikit agak gosong. Parah, parah, parah! Asli! Si
basil nempel ke sisi-sisi daging, menyebarakan aroma dan rasa yang maksimal.
Sama seperti si roti, agak asin dan kering namun tetap juicy. Hadirnya red
pepper menyentuh dengan lembut lidah saya tanpa merasa kepedasan. Ahhh, saya
cinta olahan daging ayam saya karena masakan saya enak di lidah
saya........!
Komentar
Posting Komentar